Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2007

filsafat

aktifitas akademis saya dan juga kesan saya atas dosen filsafatku dari STF Driyakara : DR Sudarminta dan asistennya Robert. menggugah saya untuk menulisan sekedar pengantar sederhana tentang filsafat barat dan filsafat islam. memang antara filsafat selalu ada ketegangan terutama dengan teologi, baik di barat jug a di islam, ada juga anggapan bahwa filsafat timur konon lebih dekat pada agama sementara filsafat barat tidak. namun ini masih polemik karena di barat ada pascal dsb, dan di timur juga ada banyak macam-macam filsafat yang tidak selalu merujuk ke agama. memang barat selalu menjadikan kiblatnya atau dasar-dasar historisnya dari yunani seperti yang ditulis emerson bahwa yang lalu tidak pernah berhenti, terus berdengung dan menyoroti masa depan dengan warna-warna baru,

anak-anak muda tidak ada yang ngurus?

orang lebih senang dengan simbol, kulit dan hal-hal yang terlihat oleh panca indera, tetapi kurang sadar dengan esensi, ini mungkin penyakit sebagian besar manusia yang lebih terkesima dan terpukau dengan hal-hal yang lahiriyah (eksoteris) dan kurang bergairah dengan esensi. Karena itu kalau kita analisa mengapa ayat-ayat yang mengandung tema-tema untuk ahli lahiriyah begitu berserakan dimana-mana, sementara ayat-ayat yang mengandung tema-tema yang mendalam, esoteris tidak gampang ditemukan di setiap surah. mengapa ajaran-ajaran dari langit tampak kurang berhasil di indonesia lebih istimewa di lapisan anak-anak remaja dan anak-anak muda? ya karena para mubalig umumnya tidak memahami esensi dari dakwah itu sendiri, dakwah direduksi sekedar formalitas tanpa pendekatan yang maksimal apalagi sampai dari hati ke hati, sebab hati adalah sumber pengetahuan yang memiliki kualitas meyakinkan. ikhtiyar seorang salik sejatinya tidak mengizinkan dirinya memiliki ikhtiyar, ia memili

catatan harian 10 oktober 2007, ramadan

Gambar
Nietzsche's first question is to ask what we understand by the idea of a "will to truth". For instance, it is presumed that we desire to know the truth objectively, "for its own sake" - but is this really the case? What if we did it because we found the truth useful? Nietzsche criticises the idea of "opposite values" which seems to so deeply influence the way we see things. For example, we seem to have the idea that consciousness and instinct are somehow opposed and separate, but mightn't it be the case that consciousness is coloured or informed by instinct? So, we may think we value the truth for it's own sake, but really we value it for a specific use that it has - perhaps what we value is not truth at all, but a useful lie? Such concerns should be borne in mind when we consider what really motivates philosophers who claim "disinterestedness" and "objectivity". Nietzsche criticises Stoicism for its desire to "