Tatakrama Islam yang terlupakan (draft)

Adab tatakrama Islam yang dinistakan oleh umatnya

Sudah hampir setahun lebih saya menjadi penumpang KRL ekonomi Bogor –Jakarta. Saya memilih kereta karena pertimbangan-pertimbangan ekologis, kesehatan dan ekonomis. Tapi kenyamanan saya diganggu oleh ketidakberadaban sebagian kecil rakyat kita yang merokok seenaknya sekalipun di dekat anak kecil dan bayi, obrolan-obrolan yang jorok, dan suara-suara bising dari sebagian penumpang tanpa menaruh respek pada penumpang yang lain. Seolah-olah kereta api itu miliki embah mereka.
Di tempat lain saya melihat hal ketidakberadaban yang justeru dilakukan oleh saudara-saudara kita yang ingin membela Islam, saya pernah melihat majlis perdebatan antara tokoh islam,- hanya karena perbedaan pendapat keluarlah kata-kata yang menyeramkan seperti kafir, murtad, antek zionis, dsb. Di internet juga saya menemukan kata-kata yang mengecam saudara muslim hanya karena berbeda pandangan seperti bunuh, kafir, murtad, gorok dsb.

Tentu mereka berasalan bahwa demi hal yang prinsip maka kita harus tegas, jangan terkecoh si munafik. Lagi-lagi bahasa kasar kemunafikan menjadikan jurang pemisah. Lalu dimana sikap sosial dan humanisme approach Islam?. Apakah setiap yang sesat itu seandainya memanng sesat mau menjadi sesat? Apakah ada orang islam yang mau sesat? Apakah ada orang yang dengan berani menjadi kafir? bukankan itu hanya kesalahan mereka berpikir atau karena ketidak tahuan?

Dengan siapapun orang islam harus menunjukan sikap yang realistik, rasionalis, empati, sabar, bilhikmah-mauidzah, mujadalah Ada perbedaan antara hikmah, mauizah dan mujadalah
Kata hikmah menurut Quraish Shihab antara lain berarti yang paling utama dari segala sesuatu baik pengetahuan maupun perbuatan. Ia adalah pengetahuan atau tindakan yang bebas dari kesalahan atau kekeliruan
Hikmah juga diartikan sebagai sesuatu yang bila digunakan/diperhatikan akan mendatangkan kemaslahatan dan kemudahan yang besar atau lebih besar, serta menghalangi terjadinya mudharat atau kesulitan yang besar atau lebih besar
Kata al-mau’izzah terambil dari kata wa’azha yang berarti nasihat.Mau’izhan adalah uraian yang menyentuk hati yang mengantarkan kepada kebaikan. Demikian dikemukakan oleh banyak ulama. Sedang kata jadilhum terambil dari kata jidal yang bermakna diskusi atau bukti-bukti yang mematahkan alasan atau dalih mitra diskusi dan menjadikannya tidak dapat bertahan, baik yang dipaparkan itu diterima oleh semua orang maupun hanya oleh mitra bicara.


Adab asalnya berarti undangan kepada manusia untuk menghadiri ma`dab (hidangan makanan). Tahdzib lughat menuliskan : Adab pada aslinya berarti mengajak.. Dan adab (etika) yang dipelajari manusia disebut adab, karena menanamkan perilaku-perilaku positif dan mencegah sikap-sikap yang tidak baik.

Mujam al-Maqâyis Lugat menuliskan : Adab artinya menyelenggarakan perjamuan dengan menyiapkan makanan, yaitu ma`dabah atau ma`dubah. Adib adalah yang mengajaknya. Karena kebaikan-kebaikan pertemuan tersebut maka disebutlah adab.
Seniman atau sastrawan disebut adab seban menciptakan hal-hal

Komentar

Postingan populer dari blog ini

kamus filsfat

skcism barat

celoteh dan filsafat barat