waktu dalam persepektif ibnu sina
Waktu dalam
Perspektif Ibnu Sina
Nano Warno
Saya ingin mengantarkan tulisan tentang waktu versi Ibnu
Sina dengan mengutip tulisan para sufi , dan hadis tentang waktu. Menurut saya
banyak sekali riwayat, hadis, peristiwa dan deskripsi hasil dari pengalaman
spiritual tentang waktu yang luar biasa menarik dan menakjubkan yang hanya bisa
difahami salah satunya dengan membaca literatur-literatur filsafat.
` Misalnya saya memparaprase tulisan dari sebuah sumber. “Jika seorang manusia menikah bersamaan
waktunya dengan pernikahan bangsa jin dan kemudian kedua keluarga yang berbeda
itu melahirkan anak, kira-kira anak siapa yang tumbuh berkembang dengan cepat?
Jawabnya jelas anak-anak jin itu akan tumbuh cepat besar karena jin tidak
membutuhkan potensi untuk menjadi besar. Menurut Sufi Sa’id al-Barr setan juga memiliki
pergerakan yang super cepat. Sufi Sa’id al-Bar mengatakan bahwa setan dalam
satu waktu bisa berada di tempat dan waktu yang berbeda dengan kecepatan yang
sangat fantastis.
Waktu bisa juga
menjadi bagian dari strategi untuk
menyebarluaskan keadilan Dalam
sebuah riwayat diramalkan akan terjadi
waktu yang melambat karena gerak
bintang-bintang yang dilambatkan oleh Allah swt. Dalam sebuah hadis diriwayatkan bawa 7 tahun
pemerintahan Imam Mahdi itu lamanya sama dengan 70 tahun.
Waktu juga
bisa diulangi lagi yaitu peristiwa luar biasa ketika matahari yang sudah
terbenam menjadi terbit kembali. Atau
waktu khusus antara Allah SWT dan Rasulullah saw. Rasulullah saw mengatakan aku
memiliki waktu bersama tuhan secara khusus.
Waktu
memiliki definisi yang beragam namun dapat
disatukan signifikansinya karena menyangkut isu-isu penting seperti metafisika, psikologi, perjalanan spiritual, kosmologi dan bahkan
teologi. Waktu menjadi pembicaraan semua kalangan di sepanjang sejarah dan
tetap saja masih banyak hal yang belum diketahui tentang waktu ini. Salah
satu contohnya bagaimana Stephen Hawking
bisa menyandingkan kekaguman seorang anak dan kepakaran seoragn jenius. Ia menyentakan
dengan pertanyaan mengapa kita bisa mengingat
masa lalu tapi tak mengingat masa depan? Saya juga membeli dan membaca buku terjemahan karya Stephen Hawking berjudul ‘A Brief History of Time’ untuk melihat
perspektif waktu dalam pandangan fisikawan modern. Di awal-awal bukunya Hawking
ingin mengetuk kita tentang hakikat waktu, apa itu waktu, adalakah waktu
mutlak, bisakah kita bergerak mundur ke masa lalu? Apakah kita akan mengikuti
pendapate Uskup Berkeley seorang filsuf yang percaya bahwa benda, ruang dan
waktu adalah ilusi. Atau Aristoteles dan Newton yang sama-sama percaya akan
adanya waktu mutlak (absolute time) yaitu bahwa waktu terpisah dan tak
terhubung dengan ruang.
Ibnu Sina membahas
pertanyaan-pertanyaan penting tentang waktu. Ia memberikan ilustrasi
sains secara mendalam dengan
konsep-konsep yang sangat memusingkan kepala tapi sekaligus mengajak akal kita
terbang menjelajah semesta pemikiran
sambil terpesona dengan pikiran-pikirannya. Ibnu Sina membahas isu waktu secara lebih luas dari para
pendahulunya. Ia membahas waktu dalam
ranah ontologi, kosmologi, matematika, epistemologi dan fisika.
Jika
dicermati waktu adalah perubahan kontinum yang menghadirkan selalu kebaruan.
Mencermati waktu adalah aktifitas yang melibatkan indra lahiriyah terutama mata
dan pikiran. Ibnu Sina mengharapkan murid-muridnya seperti kita juga agar
memiliki ketrampilan menggabungkan indra-indra lahiriyah dan indra batiniyah.
Menurut saya hanya Ibnu Sina yang merumuskan metode yang unik ini. Misalnya
pentingnya menggabungkan metode empiris dan metode kognitif (indra lahiriyah karena
tanpa menggabungkan kita tidak dapat mempersepsi realita-realita yang ada.
Seperti penemuan eksistensi indra bersama (hiss musytarak/sensus
communis).
Ibnu Sina membahas waktu dari aspek esensi
(mahiyah) dan dari aspek eksistensi (wujud).[1]
Esensi dan eksistensi adalah konsepsi yang sudah dijelaskan sebelumnya dalam
bab paradima esensialis dan paradigma eksistensialis. Saya belum melihat lagi analisa yang jernih dan tajam yang membagi
segala realita yang ada dalam pikiran menjadi dua : yaitu esensialis (yaitu
tentang keapaan sesuatu) dan yang kedua perihal eksistensinya atau
keberadaannya. Hasil olah nalar yang
sangat akurat ini masih relevan sekali untuk mengkategorikan gagasan-gagasan
yang real.
Diagram waktu Ibnu Sina
Bandingkan dengan waktu versi
Stephen Hawking
Persepsi
tentang waktu
Waktu
adalah sesuatu yang dinamis, bukan statis, yang terus bergerak dan berubah.
Sesuatu yang terus berubah, bergerak tidaklah mungkin dikonseptualisasikan.
Sebab setiap kali diusahakan untuk ditangkap dengan pikiran, ia sudah berubah
lagi? Waktu selalu tidak komplet (incomplet) dan
terus mengalir (flowing). Hanya dengan
metode sintetik yang dapat menangkap sesuatu yang terus-terusan berubah.
(to be continued)
Komentar