draft revisi bab 1,kutipan, tafsir irfani dll-20-9-07
burhan innni dari akibat ke sebab (ada asap ada api, asap adalah akibat dari api'), dari sebab itu diketahui ada api, itu di konkrit, sementara dalam mental sebab yang dahulu, bukan akibat.
Ada juga burhan limmi dari sebab ke akibat (ada api pasti ada panas), sebab api itu sebab bagi panas
tapi tuhan tidak ada sebab
pencarian tuhan dari akibat itu sangat lemah, alam itu akibat ada tuhan
jadi ada alam pasti ada tuhan, tapi itu masing posibly?
seh hakim:
murtada askari, 10 tahun terkahir di impus dan selama itu ia mengisi seminar dan acara dengan membawa impusnya. buku ma'alim madrasatean telah menarik 100. ooo warga mesir kepada ahlulbait.
Latar belakang Penelitian
Dakwah ibarat bolam (bola lampu) kehidupan, yang memberikan cahaya dan menerangi jalan kehidupan yang lebih baik, dari kegelapan menuju terang benderang, dari keserakahan menuju kedermawanan. Dakwah merupakan bagian yang cukup terpenting dalam bagi umat saat ini tatkala manusia dilanda kegersangan spiritual, rapuhnya akhlak, maraknya korupsi, kolusi dan manipulasi, ketimpangan sosial, kerusuhan, kecurangan dan sederet tindakan-tindakan lainnya. Jelas bahwa dakwah merupakan seruan atau ajakan kepada keinsafan, atau usaha mengubah situasi yang buruk kepada situasi yang lebih baik dan sempurna.
Tidak kalah maraknya, bermunculan para “ustadz/kiai bajakan“, dengan background jauh dari pendidikan dan kualitas ilmiah (agama). Hanya dengan bermodal busana (Muslim) dan kemahiran wicara belaka. Tentunya, pemahaman mereka terhadap agama asal “sekenanya“ saja. Uniknya, namanya pun sering mendadak dirubah atau ditambah, agar serasi untuk dirangkaikan dengan gelar ustadz/kiai.
Singkatnya, di negara yang katanya Muslim mayoritas (dalam kuantitas ini), cukup ngetrend agama kerap hanya dijadikan argumentasi pijakan konflik, dan alat kepentingan pribadi atau maksimalnya golongan tertentu saja. Di antaranya, agama lazim dijadikan “barter“ dengan sedikit popularitas, materi dan kekuasaan.
Dr. Maurice Bucaille, ilmuwan asan Prancis, dalam bukunya “Le Bible le Coran et La Science (1976)“, Ia berpendapat, bahwa dalam sejarah agama-agama di dunia, hakikatnya tidak ada satu pun agama yang mengalami kegagalan. Namun para pelaku dakwah masing-masing agama itulah sangat miskin energi untuk menjadi teladan bagi umat manusia yang jadi obyek utama agama yang dipromosikannya, sehingga mereka tidak maksimal bahkan banyak yang kandas dalam memperjuangkan misi dakwah (agama) nya.
Namuankadang-kadang semangat saja tieak cukup, ketika setia[pkelompok mayarakat mulai tampil menjai jurudari danmubalig islam, mereka tidak lagi merasa berkewajiab nutnuntuk meningkatkan kualitas diri dan keilmuan. Islam sekedar difahami sebagai sesuatu yang mudah dipelajari dan tidak perlu melakukan proses pembelakaran yang pankan dan ilmiah.
Jadi tidaklah heran kalau negeri ini mulau marak dengan dai-dai karbitan yang lebih menonjolan sisi atfitisal, selebrisitas dnakekpopulera dna untuk membodohi masa, jadi yang tejraid bukanlah pencerahan masaa tapu sejenis pembohona masa yang teurs berlangusng tanpa hberhteni.
Betapa pentingnya eksistensi guru-guru masyarakat dalam memcerahkan dn meningkatkan kualitas pengetahuan tentang islam, tentang tuhan dan tentang agama itu sendiri. Manusia-manusia yang menjadi wasilah antara masyarakat dan islam seperti sebuah pelita petunjuk yang memberikan secercah harapan dan memperluas pandangna yang benar tentang islam.
Masyarat umumnya tidak memiliki akses terhadap ajaran-ajaran islam. Satu-satunya cara yang paling efektif adalah belajar dari mubalig-mubalig yang sering menyampaikan ajaran-ajaran islam
Pertarungan wacana
Perang wacana dalam dunia islam terus berkibar. Setiap kelompok dari komunitas dan masyarakat islam di setiap periode di setiap seting zaman ingin mempersembahkan gagasan tentang islam baik secara teologis, filosofis atau politik. Islam memang selalu menarik untuk dikaji dan dianalisa. Itulah kelebihan islam, sehingga setiap muslim merasa memiliki kewajiban untuk menyampaikan keindahan-keindahan yang ada dalam khazanah-khazanah spiritual islamin ikepada siaap saja dan dimaan saja.
Seorang juru dakwah tak ubahnya seorang rasul kecil untuk umatnya. Posisinya sama mulianya dengan rasul. Karena itu hadis mengatakan bahwa para ulama adalah pewaris para nabi. Karena istimewanya maka seorangjuru dakwah harus tahu diri dan memiliki kemampuan yang baik, penguasaan yang baik tentang sumber-sumber ajaran islam dan terutama memiliki penguasaan yang mumpuni terhadap teks-teks suci al-quran dan tafsir-tafsirnya. Dan lebih patut lagi seoragn juru dakwah adalah seoragn mufasir.
Sebab intisari dari ajaran-ajaran islam terkandung dalam kitab suci al-Quran.
Rasanya sulit sekali kita menemukan seorang mubalig yang sangat fasih tentang al-quran
ia melihat yang tidak bisa dilihat orang lain,
abu abdillah muhammad razi , dalam tafsir kabir dan nihayah uqul mengatakan bahwa ilmu billah,sifat dan af'al-Nya dalah ilmu yang palin gmulia
nihayatu aqda, al-uqul iqal
wa aktsaru sa'ya alaimian dhalal
wa arwahuna di wahsyatin min jusumina
wa hasil dunyaya adza wa wabal
wa lam tastafid min bahtsina thula umrina
siwa an jama'na fihi qila wa qola
shadra mengatkan bwha kelemaha itu karena mereka terlalu bergantung pada metoda bahst dan jadal dan tidak merujuk ke ahli allah, yaitu taamul dalam kitab allah
Komentar