bab 2 (novel)

Sebagian orang seperti Herman menganggap itu adalah tempat yang dijanjikan oleh tuhan. Orang seperti itu memang terobsesi dengan tempat yang sempurna, sejuk, alami, hijau, luas, langit-langit terlihat dengan jelas tidak tertutupi oleh bangunan-bangunan, udara masih segar dan bersih. Itulah obsesi atas surga.
Herman yakin Halium atau Andesit adalah tempat yang dijanjian itu.
untuk itu ita tidak segan-segan menjual tanah dan rumahnya menuju tempat tersebut.
Herman sudah tidak sabar lagi. Toh ia sendirian tidak ada yang mengekangnya, Istri tidak ada dan anak juga tidak ada dan ia juga memiliki ketrampilan yagn menarik untuk bisa hidup, yang bisa dijual di sana dan ia juga yakin dirinya bisa mendapatkan pasangan yang baik.
Keindahan yang jauh sekarang hadir dipelupuk matanya. Seperti dekat dan tercium. Aroma bukit-bukit hijau, gunung-gunung yang selalu basah , hutan-hutan rimbun dengan pohon-pohon menjulang menyebarkan kesegaran yang menyentuh pundaknya. Harumnya embun yag menempel di daun-daun terasa menyegarkan kulit Herman. Ia juga merasakan deburan air laut dan air sungai dan kesegaran H2o  yang membersihkan tubuhnya. Sensasi dingin pori-pori kulit seperti menyedot seluruh  dan segala kesegaran dari sungai  yang jernih dengan ikan-ikan yang gemuk. 
    Keindahan yang ada dalam pikiran Herman sepertinya terus berkembang lebih indah dari kenyataan sebab dibumbui oleh pikiran, dan imajinasi.   Seperti Majnun yang tergila-gila dengan Layla, sehingga bayangan Layla yang ada dalam pikiran lebih jelita dari kenyataan di luar. Itulah  Kreatifitas imajinasi yang memiliki kemampuan untuk menyempurnakan, mengembangkan, memperindah, menjernihkan, dan menyatukan hal-hal yang sempurna menjadi satu kesatuan yang  melebihi apa yang ada dalam dunia materi.  Itulah juga yang dirasakan oleh Herman ketika melihat gunung-gunung sampah yang menyebarkan bau-bau amis, dan tak sedap. Air sungai kotor tercemari sampah-sampah dari pasar. Hutan-hutan yang di bakar mengepulkan asap. Warga yang membakar sampah dimana-mana menjadi pemandangan yang memilukan hati Herman sang voluntir lingkungan hidup.  Hatinya menjadi suram sesuram pemandangan di depannya. Namun  kegundalah hatinya tidak berlangsung lama, sebab itu hanyalah sekedar pikiran yang tidak realistis. Seorang pemikir seperti  Herman  Realitas lebih utama dari ambisi-ambisi yang tidak berpijak pada kenyataan.  Kenyataan adalah jantung dari setiap penilaian, air utama yang harus ditimba dan bukan lompatan-lompatan imajinasi atau ilusi-ilusi yang bersandar pada berita yang tidak jelas.   Ia segera menyetel emosinya supaya menyesuaikan dengan akal pikirannya. Akal harus mempertimbangkan kenyataan yang ada sebagai basis pengetahuan dan basis aktifitasnya. Setelah berhari-hari melakukan penyesuaian. Herman segara mendapatkan diri untuk bergabung menjadi pedagang dan tidak lagi mempedulikan keadaan yang ada, sebab itu adalah di luar tanggung jawab dirinya, kecuali memberikan kritikan atau saran kepada pihak-pihak yang berwenang. 

Ia mencari jawaban atas pertanyaan mengapa dirinya tidak nyaman, mengapa dirinya memperlakukan orang lain dengan berbeda-beda, Apa yang menyebabkan kehadiran si fulan membuatnya tenang sementa kehadiran yang lain membuatnya tidak tenang, membuatnya terusik, harinya menjadi mengeras, yang kemudian menjadikannya tidak mau berbiacara, tidak  mau berkomunikasi, tidak mau mengucapkan sesuatu yang akan melenyapkan  kekakuan, kekacauan, dan ketegangan  Ini adalah pertanyaan yang mengharu biru Herman selama bertahun-tahun dan sekarang ia harus mendapatkan jawabannya.


Sebelumnya ia sudah lama terkukung oleh istrinya yang selalu menghalangi segala gerak-geriknya.
Di Halimun ia memiliki waktu untuk merefleksikan segala hal.
ia harus mencari jawaban, Di antara sekian  manusia yang ia lihat di wilayah ini juga memberikan pengaruh padanya.  Ada yang membuatnya merasa nyaman sehingga ia suka memperpanjang dialog dengannya dan ada juga yang membuatnya sebal baru melihatnya saja sudah muak.

Ada juga yang membuat dirinya hanyut dan itu adalah  putri dari keluarga Damawan.  Dawaman memiliki anak yang banyak dan semuanya adalah perempuan. Ia tidak sengaja bertemu berberapa kali dengan Damawan dalam berbagai transaksi bisnis dan pertemuan-pertemuan penting, atau dalam acara-acara tertentu. Ia tidak menduga idka menduag pak Dawaman meilk anak-anak permeuan yagn acantik-cantik .  Karena itu tanpa ada rasa beban apapun dan a n dan tanpa pamrih apau9n ia datang menemuinhya utnuk suatu keperluan usaha.       
          Hal yang dilakuan tnapa motiv biasanya mudah dan nhyaman, pikrian menjadi jernih untuk megnatka sesuatu nd anuansan keujujurn juga mencuat.  Motiv tertentu menahan kepolosan prilaku ssesorang, Sesroang yagn polos, jujur, otentik . Insan otentik adalah insan yang didrive oleh bagian dari dirina yang suci, sepeti air jerniha yang mengalir kemana saja tanpa penuh rasa khawatir, tanpa ada rasa ketakutakn Sebab ia berpedang pada sandaran yagn lebih kuat dan lebih abadi.  Jadi ketulsuan , ketennang itu beasal dari luburk yagn paling dalam yagn lebih dalam dari dirinya sendiri, lubuka yagn l palign adlam adalan hatinay yang bisa menjadi cermin dari tuhan itu sendiri.   Dan Herman sekarang merasakan kejernihan dan kepolosan diirnya tertahan setelah melihat Layla. Layala adalah hal yang memnabtu diirnya mau melakukaj appau bahkan menjual diirmnya sendiri. Layla begitu cemerlang, indah, lekukan kristal yang kuat,  seperti gunung permat ayang menjulang yang tidak ada yagn tidka terpesona denganya.  Dengan kemudaan yang menyergap diirnya menjadikan jantunya berhenti berdetak.    Langkah dan eksistensi menjadi tertatih-tatih, tersendat-sendat, kata-katany amenajdi terbata-nata.  Dan Damawan adalah laki-laki yang sangat hati-hati  sangat protek terhadap anak-anak putrinya. Tetapi kesusahan dirinya  membautnya menyerah untuk menitipkan salahs atu putrinayyang belia keapda Hermawan,
Hermawan terbeliak dan tidak percaya.  Anugerah yang besar , dan terlalu agung memnjadi beban juga bagi Damawan sperti. Sseoran yang kerdil menjdaikan kenikmant asbsebagia hujiatan.  Hadiah yang besar bagi si lemah dan dalam wkatu yang tidak tepat dapat menjadi  hujan batu es dingin yagn dapa menyiksanya.  Tidak turun karunia didamprat oleh manusia, Turun karunia yang melampuai  kapasiasnya akan mendamprat manusia itu sendiri.  Ini adalah aspek kekurangan dan berlebihan (ekstrimisme) .

Herman membeku dalam kesenangan yag nkluar biasa.  Jutaab khayalan berlari-lari di kepalamnay mengitar otaknya.  Ia sudah meliath sendiri Zenta, purti Damawanyang cerdasn dansagat muda sekalgi. 
Lantaran   sangat gembiranya Herman ...      sehingga keterpukauan akan darmaga besar di wilayah ini. Bukutji buk, ratuasn penumpang kapal nbeasr yagn mendarat.  Berbagai tipe manusai yagn berwarana-warni, dnegan gaya dan logayyag beragam, keindahan lauatan , ngarai, air terjun dan pasar, seta pemondoakn yagn ; puluha pemondkan ang indah danjga tmana-ta,man bngan telah hilang dariinya tidak ada yagn daat emnggantikan keindahan dan kebagiana bersama Zenta.
Namun ia tetapi harus sadar dari imimpinya yagn membius ini. Ia  harus memisahkan antara hasratnya yagn terpenuhi dengan akalna yag lebih sempurna, Kekuatan akalnya masih tetap menyala meskipun mulai suram karena  desakan-desakan hawa nasfunya, Ia ingn mencitaia dnegna icnt aplatonis.   Yaitu cint ayagn lebih tinggai, Terjadilah pertarugna natara cinta yagn lebih rendah dengan icnta yagn lebh sempurna, Antar acinta tanpa pamrih dengan icanata yag berpamrih.  
Ia harus keluar dari dunia yang memabukan ini,  Ia harus mencintainya tanpa perasaan.  Tapi ibagaiaman mungkin,  Ia harus mengorbankan perasaan yanga menjadi satu-satunya . apalagi yang dimiliki oleh dirinya selain perasaan, Atukah mungkin ia hanya terjebak dalam satu perasaan.

Herman tgahu kalau Zenta itu buta. Tetapi kebutaan
Ayahnya khawatir akan masa depan Zenta yang tidak bisa melihat dan tidak dapat mendengar dengan sempurna. Meskipun kecantikana mengalahkan kakak-kakaknya dan mungkin mengalahkan wanita cantik manapun di masa itu.  Tapi kebutaan dan tulinya membuat Dawaman tidak bisa memilih pasanagan lain selain  Herman yanga dirasa  laki-laki seoraang yang baik, bertanggung jawab dan juga memimliki kelebihan dibandingkan yagn lain. 

“Ayah inign berbicara padamu Zenta?!”
Zenta seperti merasakan perasaan ayahnya. Semenjak ditinggal ibunya. Dengan usia uang sudah cupuk dewasa Ayahnaya ingin menikahkah dengn Herman. 
“Apa yagn ayah rasakan baik, itulah piliha Zenta.
Zenta, ayahnya dnegan hati-hati berbicara. Karena terpaut usia yang sangat jauh antara Zenta dan calon suaminya. 
“Opramng yagn menadi pilihan ayah adlaah bapak-bapak”
Zenta sejenak berhenti.  I amengatur napas, tapi berharap seorang  anak muda, seorang  yang serign ia dengar dari ceita ayahnay tentang anak-anak muda apemnberani. “
“Mengapa ayah ingin aku menikath dengannya?
Sang ayah diam menerawakan ke masa yang akan datang, sementara anaknya me mbayangkan masa sekarang. Antara masa yagn akan datang dan masa sekarang sebenarnhya bukanlah masaan waktu saja.  Ayahnya memil mengadalkan masa lalu untuk memanea masa depan. Smentara si anak mengandalkan masa sekarang untuk masa yagn akan datang.
Seornag pesuluk adalah manusia yagn mewaktu, yaitu yang tidak meikirkan masa lalu dan gidka memikirkan masa depan. Ia adlah manusia waktu. Tidak ada kerisauan akan apa yagn akan terjadi di masa nanti dan juga tidak tertekan dnegan peristiwa-peristiwa masa lalu. 
          Menyiapkan persiapan untuk menyongsong masa depan dan juga mengamil pelajaran dari masa yagn lalu sangat dianjurkan
Mengapa Masa lalu mengontrol masa depan?
Zenta menanggapi
Ayahnay sebenanhau lebih mengkhawatirkan kekurangan Zenta Ia melihat kekuarna itu bsai tertutupi oleh  kebijakan Herman, ketahjaman nalar Herman, ketenangan, ketentraman dan kesedrehaann.

Namun hari-hari berlalu, minggu diganti minggu yang lain dan tahun-tahun lewat begitu saja tanpa ada kejelasan dari Damawaan dan anaknya. Perasaan Herman ia hampir selangkah lagi, tapi mengapa sekarang menjadi berubah. Damawan menjadi sulit ditemui demikian juga anak-anaknya.  Semua menjadi dingin.   

Yang mengesalkan Herman adalah  Panji, laki-laki yang sering keluar masuk ke rumah Damawan.
Ia pernah melihat tatapan Zenita pada Panji!
Meledak rasa Herman, seperti petir yang menggelegar di siang hari

Tiada rasa sakit yang menyengat, seraya dibakar tujuh sinar matahari yang menembus sampai ke ulu hatinya.   

Komentar

Postingan populer dari blog ini

celoteh dan filsafat barat

skcism barat

fikih ibadah