peradaban dunia dan akhirat

Bagi seorang mukmin,  dunia dan akhirat adalah kesatuan yang utuh. Dunia adalah bagian dari akhirat. Kebaikan di dunia perlu diupayakan karena memiliki pengaruh yang besar terhadap kehidupan akhirat. Kebaikan atau lebih tepatnya kemuliaan di dunia adalah tanda bahwa kita memiliki kehidupan yang mulia untuk akhirat. Dunia dan akhirat bukanlah hubungan yang terpisah, dua bentuk kehidupan itu memiliki hubungan relasional atau sebab-akibat. Akibat yang baik di akhirat lantaran sebab baik yang diupayakan di akhirat. Keseimbangan yang indah perlu terus dipertahankan dengan sempurna. Kehidupan baik yang dituntut dalam islam bukan dalam pemenuhan kesenangan, kesejateraan yang berlebihan, kemapanan, atau kepemilikan benda-benda,rumah, harta, emas dan perak atau keturunan yang banyak. kebaikan yang dikehendai oleh Islam adalah kebaikan yang hakiki. Seorang manusia muslim  harus mengusahakan memiliki kehidupan yang baik, kesehatan yang baik, gaya hidup yang baik yang telah diatur oleh syariat, memiliki kebiasaan-kebiasaan yang baik. Menjaga diri, menjaga kebugaran dan kesehatan adalah mutlak diperlukan karena syariat-syarit islam itu sebagian besar dilakukan oleh tubuh fisik.
Dunia bukan tempat untuk mencari kesenangan dan bukan tempat untuk istirahat. Setiap orang memang memerlukan pemulihan tenaga seperti  tidur, duduk, berbaring, mengheningkan pikiran dari kesibukan-kesibukan yang menguras otak, menenangkan hati dari kotoran-kotoran duniawi, menyegarkan fisik dengan mandi yang segar, berjalan-jalan atau dengan meditasi. Manusia membutuhkan pemulihan energi untuk hidup dan bukan istirahat  atau untuk berleha-leha. Jangan biarkan tubuh kita menjadi malas karena terlalu banyak tidur, terlalu banyak berleha-leha. Dalam sebuah hadis disebutkan ada empat jenis jihad dan salah satu dari empat jenis jihad itu adalah jihad melawan kebiasaan yang buruk. Kita perlu makan untuk hidup dan bukan hidup untuk makan. Al-Quran menegaskan Fa-idzâ faragta fanshab wa ilâ rabbika farghab— jika engkau telah selesai (melakukan suatu tugas) maka siap-siaplah melaksanakan tugas yang baru dan hanya kepada Allah saja engkau berharap! —
Rasulullah bersabda  orang yang pintar (al-kays) adalah orang yang selalu curiga dengan dirinya dan melakukan banyak amal sebelum kematiannya sementara orang yang pandir adalah yang menuruti hawa nafsunya sambil meminta kepada Allah agar mendekatkan dengan angan-angannya.
Setiap orang menyadari bahwa di dunia juga ada kesenangan-kesenangan yang baik, atau katakanlah ada kebahagiaan-kebahagiaan yang abadi, menyehatkan dan tidak mengandung efek-efek buruk  baik secara psikologi maupun secara fisik, seperti olah badan yang teratur, bercanda ria dengan bayi yang masih kecil, mengasuh anak-anak, menulis karya-karya yang mengandung pencerahan atau melakukan hobi-hobi yang baik.
Bandingkankanlah dengan kesenangan lain seperti nonton tv yang bisa membuat mata menjadi perih atau dada menjadi berat, atau begadang sampai larut malam.
Kesenangan-kesenangan sederhana yang tidak diikuti oleh hawa nafsu adalah kesenangan yang menyegarkan sebab yang dimaksimalkan adalah aktualitas akal.
Aktifitas yang memberikan pencerahan pada akal, itu adalah hiburan intelektual yang tidak mengenal efek buruk tentunya dengan menjaga keseimbangan fisik, lain halnya jika yang dibaca adalah buku-buku yang mengobral cerita-cerita yang menarik sensasi jasmani. Tidur yang cukup, mandi dengan air yang menyegarkan, menyelam di ke dalaman air, silaturahmi, melakukan munajat, berdoa di depan Allah swt adalah jenis hiburan-hiburan yang sehat.
Dunia yang dilihat oleh orang biasa sebagai fatamorgana yang menipu, karena fatamorgana itu membayangkan air yang sebenarnya ilusi, tapi bagi mata sang arif  yang terlihat di faramorgana itu adalah bayang-bayang bayang-bayang matahari dari alam akhirat.
        Di dalam tasawuf kita diajarkan untuk menciptakan diri yang baru. Kita memiliki kesempatan yang seluas-luasnya dan terbuka untuk mengubah-ubah penampilan batin kita sebagaimana halnya kita juga bisa mengubah-ubah penampilan lahiriyah diri kita dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik.Perubahan diri yang total tidak cukup dengan mengubah pola pikir saja, tapi dengan mengubah perasaan, emosi, sikap,kebiasaan, akhlak, ilmu yang kemudian melahirkan karakter yang sempurna.
Salah satu awal langkah yang baik adalah  yaqzah  Setiap orang yang belum sungguh-sungguh hidupnya untuk menjadi hamba Allah dihukumi sebagai tertidur Yaqzah adalah  bangun dari tidur yang panjang di dunia ini.
Menurut Khaja Abdullah Anshari jarak antara si hamba dan Allah swt ada seribu maqam. Seribu maqam itu aalah manzilah-manzilah yang akan ditempuh oleh seorang hamba menuju Allah swt. Seribu maqam itu harus ditempuh sebelum ia mencapai maqam qurb (kedekatan dengan Allah swt).Dan setiap orang menduduki maqam-maqam tertentu. Al-Quran mengatakan  ma minnâ illa lahu maqâmun ma’lûm Tiada satupun dari kita kecuali memiliki maqam yang tertentu).

dikutip dari ikmal online.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

kamus filsfat

skcism barat

celoteh dan filsafat barat