metafisika ketiadaan

Metafisika Ketiadaan

          Menurut Sayyid  Haydar Amuli,  selain tuhan,   tidak ada sifat-sifat baik dan juga tidak ada nama-nama baik dan juga tidak ada eksistensi. Sebab yang real adalah  Allah swt.  Kesan dan pujian dari orang lain itu tidak ada, apalagi orangnya. Yang ada adalah tuhan, wajibul wujud. Mental kita yang membayangkan eksistensi kesan, pujian, tanggapan, kekaguman dan demikian juga mental kita yang membayangkan keberadaan mereka yanG mandiri , Jadi kita menciptAkan penonton sendiri untuk diri kita sendiri. Kita  menciptakan hiruk-pikuk, riuh-rendah, kehebohan, multi efek nasib impresi, dan juga kekaguman dan suara-suara yang menggambarkan pengidolaan.   Ada realisasi ingin diidolakan, ingin disembah, ada kehendak menjadi tuhan-tuhan kecil, menjadi seseorang yang memiliki kualitas, kekuatan nalar, kekuasaan pikiran dan juga kelas yang meningkat.
          Apakah itu mungkin juga terbersit  manusia itu sebagai manifestasi dari nama Allah yang paling komprehensif sehingga juga menjadi mazhar dari tuhan yang harus disembah, Ada hasrat-hasrat primodial dibalik segala aktifitas dan kegiatan manusia untuk dipuja  dan dipuja adalah tingkatan terendah atau tangga yang paling awal untuk disembah.  Manusia ingin menjadi tuhan tapi dengan cara yang licik. Inilah yang juga dilakukan oleh setan. Ia tidak  rela sujud kepada Adam karena itu adalah pekerjaan budak dan hamba sahaya. setan ingin menjadi makhluk yang disembah.
           Manusia selayaknya dan seharusnya berbuat baik, melakukan segala sesuatu secara profesional  bukan untuk dirinya, bukan untuk yang lain atau manusia yang lain. Tidak untuk mendapatkan kehormatan, harga diri, dan pujian dari yang lain tapi karena ia ingin  atau ia harus menampakan kesempurnaan dari tuhan dari yang ada.               
          Membersihkan  pandangan dan mengihlangkan ilusi yaitu dengan membersihkan terlebih dahulu angan-angan dan imajinasi akan  kelezatan-kelazatan ilusi.


          Yang hidupnya bersandar para metafisika ketiadan, tidak akan tersinggung, tidak akan marah dengan  siapapun, meskipun menyangkut hal—hal yang prinisip bagi dirinya.  Sebab pertama kemarahan tidak ada manfaatnya dan tidak ada orang yang  bisa menasihati yang lain dalam keadaan marah dan kedua diri kita sudah nol, sudah tida ada dan sudah fana (Hamzah Fanshuri).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

celoteh dan filsafat barat

skcism barat

fikih ibadah