Cinta yang Ikhlas kepada Allah Swt

Cinta yang ikhlas hanya untuk Allah Swt[1]

Karakter cinta atau sifat cinta kepada Allah adalah  lahir dari keyakinan yang sangat kuat. Cinta kepada Allah harus senantiasa dihidupkan setiap saatbukan hanya karena kasih sayang-Nya lebih besar dan mengatasi kemurkaann-Nyanamun juga cinta kepada Allah menjadi modal yang besar dan sangat potensial dalam  untuk dapat melaksanakan ketaatan dengan penuh ikhlas.  Sebab cinta membuat sesuatu yang berat menjadi mudah dan membuat yang sult menjadi ringan. Cinta sebetulnya memiliki keberkatan yang sangat banyak sekali yang akan menggenapi dan menyempurnakan kekurangan-kekurangan manusia. Ibadah yang digerakan oleh rasa cinta memiliki getaran kekhusyuan yang sangat besar dan memberikan efek psikologis kepada si hamba. ibadah  seperti itu adalah ibadah yang sangat memiliki makna dan berisi, bukan ibadah yang kosong dari getaran cinta.
Menggapai cinta kepada Allah seperti hanyal karunia dari-Nya  tak begitu saja diberikan kepada sang hamba kecuali bagi yang menginginkannya. Seseorang yang benar-benar cinta kepada Allah tentu tidak akan lagi memperhatikan yang lain selain tuhan. Memang tidak mudah mencerna bahwa betapa tak berharganya selain tuhan, namun dengan kecintaan yang mendalam ia sebetulnya sedang diajari bahwa  Allah sedang ingin menyelamatkan cintanya agar tidak jatuh dalam pelukan hal-hal yang rendah. Mereka yang masih terhijab mungkin memiliki hati yang masih mendua antara kesukaan pada nilai-nilai duniawi dan pada saat yang sama ia juga  memiliki perasaan yang tulus kepada Allah. Dengan kekuatan cinta kepada Allah ia akan dibantu untuk tidak lagi mengharapkan sesuatu yang lain dan bahkan lebih dari itu ia juga siap kehilangan apa saja yang sementara ini sangat didamba-dambakannya sebab  kehadiran Allah di hatinya telah memenuhi segala hasratnya. Allah adalah  sumber kebahagiaan yang tak akan pernah padam. Mana mungkin ahllullah mau menukarkan pencerahan yang abadi dengan sesuatu yang sementara; sesuatu yang fana; sesuatu yang didasarkan pada khayalan atau angan-angan semata.  
Cinta kepada Allah juga seperti yang ditegaskan di atas bersumber dari keyakinan bahwa Allah adalah sebab hakiki dan segala  kebaikan datang dari-Nya. Allah swt memang menciptakan sebab-sebab lain untuk dicari oleh manusia. Allah menjadikan mata pencaharian sebagai sebab bagi teraihnya rezeki, hujan bagi tumbuhnya tanam-tanaman, rezeki sebagai jalan bagi kesejahteraan dan kehidupan. Tetapi jangan lupa sekali bahwa yang memberi dan yang menghendaki sesungguhnya adalah Allah swt. Jika Allah tidak menghendaki belum tentu suapan yang di mulut akan masuk ke dalam tenggorokan. Belum belum tentu uang yang ada di tangan akan menjadi rezekinya, belum tentu kesuksesan-kekuksesan duniawi akan menjadi  jalan bagi kebahagiannya, belum tentu segala jalan rezeki yang sudah hadir di pelupuk matnaya akan menjadi rezeki bagi dirinya. kadang-kadang Allah memberikan rezeki dari jalan-jalan lain yang tidak disangka-sangka.
Cinta Kepada Allah juga menyelamatkan  dan membuat seseorang selalu dalam keadaan siaga serta menyelamatkan ketergantungan dari selain-Nya. Rasululah swt berdoa,  Ya Allah jangan biarkan aku mengandalkan diriku sendiri walaupun hanya  sekejap!
Cinta itu harus dirawat dengan ilmu pengetahuan dan amal yang istiqamah dan tulus kepada-Nya. Cinta kepada Allah tidak tumbuh begitu saja  dengan cuma-cuma tanpa perjuangan dan kesungguhan yang mendalam. Siapa saja yang berhasil mencintai Allah maka Allah akan mencintainya. Yuhibbûhanu wa yuhibbullah. Mereka mencintai Allah dan Allah juga mencintaiya.  Cinta seorang arif adalah cinta abadi yang tak mungkin lenyap dari lubuk hatinya.


[1] Penulis Amir Hamzah, 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

kamus filsfat

skcism barat

celoteh dan filsafat barat