suhrawardi sang darwis persia

Abul futuh Yahya, putra Habsy bin Amirak yang terkenal dengan nama Syihabuddin Yahya Suhrawardi lahir tahun 549 di desa Suraward.  Harus hati-hati dengan tokoh lain yang memiliki nama yang sama yaitu Suhrawardi.  Ada beberapa filsuf dan teolog lain yang memiliki kesamaan laqab atau kunyah seperti Razi; Ada Abu Bakar Razi, ahli kedokteran Islam. Ada lagi teolog, filsuf dan mufasir besar Fakhruddin Ar-Razi dan ada juga  Razi yang lain.
Seperti tokoh-tokoh filsuf Islam lain, ia juga menyelesaikan pelajaran-pelajaran mukadimah seperti al-Quran  dan pengantar Bahasa Arab di desa tersebut.  Dari sejak kecil sudah menonjol kecerdasannya dan juga yang lebih mengagumkan lagi adalah perilaku dan amal ibadahnya.  Meskipun usianya masih anak-anak, tapi ia tidak bisa dibandingkan dengan anak-anak lain.  Lantaran itu sang ayah segera membawanya ke Marageh− tempat yang juga tidak begitu jauh dari desa Suhraward − agar potensi anaknya yang luar biasa ini lebih terbimbing oleh guru-guru terbaiknya.
Suhrawardi belajar pada seorang filsuf, teolog, ahli fikih yang terkenal di zaman itu yaitu Majduddin Jaylani.  Sejak itu pula sudah tampak kecenderungan Suhrawardi untuk menempuh perjalanan spiritual  yang lebih cepat dari yang lain.  Suhrawardi memiliki kapasitas dan potensi yang luar biasa sangat menakjubkan.  Dalam kitab sejarah disebutkan bahwa ketika Suhrawardi syahid, di Rey, kitab at-Talwihat al-Lawhiyah diserahkan kepada Fakhrudin ar-Razi, Ia mencium kitab itu dan mengatakan,
“Pikirannya sangat cerdas luar biasa seperti api yang menyala-nyala.”[2]
Anak muda jenius ini yang rajin berpuasa dan hanya berbuka seminggu sekali. Sebagian besar ibadahnya adalah melaparkan diri. Lebih banyak melakukan refleksi tentang alam-alam ilahi, menyukai sima dan nagamat yaitu musik spiritualis yang biasa dijadikan media untuk memperkuat kesadaran mistik.  Darwini ini juga seorang traveler sejati, banyak bepergian untuk mencari ilmu dan berguru kepada orang-orang hebat di zamannya. Dan karena itu mengapa sejak muda sudah menjadi seorang filsuf dan seorang ahli fikih . Reputasinya ini yang menarik putra makhota Malik Zahir. Ia mengundangnya ke istana untuk menjadi guru pribadinya.
Syahruzi sendiri menggambarkan kecenderungan asketism dan ibadahnya :
“Ia menjalani hidup seperti seorang darwis  dan mengamalkan amalan-amalan ibadah yang sangat berat  yang akan sulit dilakukan oleh orang lain di zamannya. Ia berbuka hanya seminggu sekali, Menu makannya (sangat sedikit sekali-penerj) tidak lebih dari  50 diram.  Jika engkau membandingkan dengan para ahli bijak lainya engkau tidak akan menemukan orang sezuhud dia.  Ia sama sekali tidak mempedulikan urusan dunia dan memilih makanan dan pakaian yang sangat sederhana sekali.[3]
Setelah banyak belajar kepada Majduddin Jaylani, ia menjadi murid yang sangat haus akan ilmu dan melakukan petualangan di berbagai kota untuk mencari ilmu dan menemukan sahabat para pencari ilmu hakiki sepertinya, namun sayangnya ia tidak menemukan ahli ilmu yang selevel dengannya. Suhrawardi sendiri dalam kitab al-Masyari wa al-Mutharaat mengatakan :
Aku  ingin mengatakan yang serius bahwa sekarang usiaku mencapai 30 tahun  dan aku menghabiskan usiaku dalam perjalanan disamping aku juga selalu mencari mitra yang sama-sama ingin mendapatkan ilmu haqiqi, namun aku tidak menemukan orang yang bisa menjadi temanku.”[4]
Dalam hidupnya Suhrawardi memang sangat kontroversial.  Ia memiliki kharisma dan wibawa seorang ilmuwan sehingga cukup menarik dan mempengaruhi calon putra mahkota yang itu juga menjadi sebab yang akan mengakibatkan kematiannya.  Dan kedua potensi konfliknya dengan para ulama tradisional juga tidak kalah menarik untuk dibahas di zaman ini. Ia adalah seorang pengelana yang banyak menghabiskan sebagian besar hidupnya di perjalanan dan bertemu dengan orang-orang yang hebat. Keberaniannya menyampaikan hal-hal yang bisa menjadi sumber kontroversial di kalangan ulama ortodox.
Suhrawardi tampaknya memiliki kecerdasan di atas rata-rata karena itu justru mengapa  ia bisa membangun aliran filsafat baru ditengah-tengah dominasi filsafat peripatetik.  Dalam waktu yang masih muda ia telah menyusun kitab-kitab brilian yang banyak berpengaruh di Isfahan dan di dunia Islam, termasuk juga mempengaruhi agama-agama dan mazhab-mazhab  lain di luar Islam.
Antara tahun 569-570 hijriyah Suhrawardi melanjutkan pengembaraan ilmunya ke Isfahan yang merupakan kawasan keilmuan dan tempat bertemunya para filsuf di zaman itu.  Di sana ia mempelajari filsafat peripatetik ke Zahiruddin Bayhaqi Farisi  seorang guru peripatetik secara khusus. Suhrawardi membaca kitab Bashair a-Nashiriyah  dan kemudian juga mempelajari kitab-kitab Ibnu Sina yang di zaman itu menjadi teksbook resmi hauzah-hauzah Isfahan.
Suhrawardi tinggal di Isfahan selama 14 tahun dan setelah banyak mempelajari dengan serius kitab-kitab Ibnu Sina, ia menjadi expert dalam filsafat peripatetik dan dapat dikatakan ia adalah satu-satunya tokoh yang memiliki kredibilitas tentang filsafat peripatetik. [6] Tampak dalam diri Suhrawardi sikap dan penghormatan yang mendalam terhadap Ibnu Sina, meskipun hanya  melalui para murid-muridnya.  Di antara bentuk penghormatan terhadap Ibnu Sina adalah usahanya menerjemahkan kitab al-Isyarat wa at-tanbihat dan Risalah Thayr ke dalam Bahasa Persia.  Lewat karyanya seperti risalah Partunameh, kitab Hikmat Isyraq, dan risalah Shafir Simur yang terkait tema-tema sakinah dan cahaya terinspirasi dan merujuk kepada  al-Isyarat wa at-Tanbihat, fasal (namt) yang terakhir.
Dalam usianya yang singkat Suhrawardi telah memperkenalkan satu sistem atau satu metode dan pembahasan yang berbeda dengan sebelumnya. Meskipun starting pointnya adalah  peripatetik dan sedikit isu teologi tapi kemudian ia mengubah haluannya ke arah filsafat yang  dapat dipandang juga sebagai usaha  untuk mendekatkan filsafat dengan agama.  Filsafat memang dapat menjadi batu pijakan  untuk memperkuat doktrin-doktrin agama. Seperti doktrin hari kiamat, takwil, dan keabadian jiwa dan juga tema-tema akhlak yang menjadi primadona agama. (dikutip dari situs ikmal online.com)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

celoteh dan filsafat barat

skcism barat

fikih ibadah